Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Mencari Pasangan Hidup
Submitted by admin on Fri, 01/02/2002 - 00:00
Mencari pasangan hidup bukanlah persoalan kaum remaja atau pemuda saja. Orangtua pun harus ikut memikirkannya dan mendoakannya bahkan semenjak sang anak masih kecil. Secara tidak sadar kadang anak-anak menjadikan orangtua mereka sebagai model atau figur akan pasangan hidup mereka nantinya. Pembekalan rohani yang cukup kepada anak sejak dini akan mempengaruhi sang anak dalam mengambil keputusan untuk menentukan kapan dan siapa pasangan hidupnya nanti. Untuk membahas ini, mari kita simak percakapan kita dengan Dr. Paul Gunadi.
T : Apakah ada semacam pedoman dalam menentukan teman hidup, khususnya bagi pemuda-pemudi Kristen. J : Orangtua harus sadar bahwa anak-anak, dalam memilih jodoh, sebenarnya tidak begitu jauh dari orangtuanya. Anak melihat dan menyerap banyak dari orangtua; apa yang disukai dan yang tidak disukai dari orangtuanya. Lingkungan anaklah yang sebenarnya mengajarkan langsung kepadanya tentang jodoh, seperti apa orang yang akan mereka pilih nanti. Kalau anak pria suka pada ibunya maka dia akan cari wanita yang sama dengan ibunya, begitu pula sebaliknya dengan anak wanita. Jadi pengajaran kepada anak akan jodoh adalah seperti apa yang orangtua inginkan, seperti apa yang keluarga dan lingkungan inginkan. T : Pemuda/i Kristen saat ini banyak mengeluh karena jika ingin mencari pasangan yang seiman sulit, karena sering tidak sesuai dengan keinginan mereka. Mungkin karena ada unsur penampilan fisik yang diutamakan. J : Memang penting untuk menikah dengan yang kita sukai, seperti yang dikatakan Paulus dalam jemaat Korintus, boleh menikah dengan siapa saja. Tetapi Paulus pun mengajukan syarat yaitu harus orang yang percaya. Memang bukan alasan utama kalau menikah dengan pasangan yang seiman akan bahagia, tetapi yang harus disadari adalah ketaatan akan firman Tuhan. T : Bagaimana kalau misalnya memilih pasangan hidup yang tidak seiman, dengan harapan untuk menjadi seiman. J : Masalah ini akan membuka dua pintu, yaitu akan menjadi seiman dengan iman Kristen kita, atau menjadi seiman dengan iman pasangan kita? Jadi sekali lagi, itu semua adalah hal tentang menaati firman Tuhan T : Kalau anak sudah terlanjur berpacaran dengan yang tidak seiman, bagaimana sikap orangtua? J : Masalah di atas memang sangat sulit, sudah tentu kita harus berdoa. Kesulitannya adalah jika anak kita sudah telanjur jatuh cinta, dan tidak bisa melepaskan kekasihnya. Yang bisa kita lakukan adalah berbicara kepada anak kita bahwa "ini adalah hidupmu, engkau yang harus mengambil keputusan karena engkau yang akan bertanggungjawab akan kehidupanmu, jadi semua terserah padamu". Sebagai orangtua kita hanya bisa berdoa supaya suatu saat mereka akan berada dalam satu iman kepada Tuhan Yesus Kristus. T : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak remaja sekarang yang suka berpacaran? J : Ajar mereka takut akan Tuhan, bahwa tindakan pacaran bukan hanya untuk senang-senang tapi juga untuk masa depan kebahagiaan rumah tangga mereka.